Ketua Yayasan IKROMA
***
Hari Guru bukan sekadar tanggal di kalender. Ia adalah pengingat, bahwa peradaban hanya dapat berdiri ketika ada seorang (manusia-manusia) yang mengajar dengan cinta, membimbing dengan sabar, dan menuntun dengan ilmu.
Guru bukan hanya profesi, tapi Guru adalah jiwa.
Jiwa yang memilih jalan sunyi, jalan yang tidak selalu diberi tepuk tangan,
tetapi justru melahirkan generasi yang akan menepuk bahu sejarah.
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Jiwa seorang guru tidak lahir dari buku—ia lahir dari ketulusan.
Seorang guru masuk kelas bukan untuk menghabiskan jam mengajar, tetapi untuk menyulut api kecil di dada anak bangsa, api yang kelak menjadi cahaya masa depan.
Guru adalah sosok yang;
- menahan lelah meski hatinya letih,
- tersenyum meski pikirannya terhimpit,
- memberi meski ia sendiri kekurangan.
Tetapi jiwa mendidiknya tidak pernah padam.
Karena ia tahu bahwa;
- di setiap kata yang diucapkan,
- di setiap coretan papan tulis,
- di setiap nasehat yang lirih,
ada doa yang sedang ia titipkan pada masa depan.
Ketika Adab Lebih Tinggi dari Awan
Tidak ada yang lebih membahagiakan hati guru selain melihat murid yang taat dan beradab.
Murid yang;
- hormat pada ilmu,
- menghargai nasehat,
- berjuang dengan sungguh-sungguh,
- menganggap guru sebagai lampu jalan, bukan sekadar pengisi nilai.
Di hadapan murid seperti itu, guru merasa bahwa perjuangannya tidak sia-sia. Karena adab adalah pohon kokoh tempat ilmu tumbuh subur.
Tanpa adab, murid hanya pintar. Dengan adab, murid menjadi manusia.
Orang Tua Peduli sebagai Rumah Pertama Pendidikan
Sekolah hanya mampu membentuk setengah karakter. Separuh lainnya ditentukan oleh orang tua di rumah.
Ketika orang tua;
- peduli,
- terlibat,
- menghormati guru,
- menanamkan nilai di rumah,
maka pendidikan akan menjadi berlian yang berkilau.
Sebaliknya, jika orang tua menyerahkan semua pada sekolah, atau bahkan mengkritik guru di depan anak,
maka pendidikan akan kehilangan pondasinya.
Guru mengajar, tetapi orang tualah yang menguatkan.
Dan ketika keduanya menyatu, _
lahirlah generasi terbaik bangsa.
Pendidikan Bukan Urusan Sekolah Saja
Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang menghormati para guru. Masyarakat yang sadar bahwa pendidikan tidak akan berhasil jika sekolah dibiarkan berjuang sendirian.
Dukungan masyarakat terlihat dari;
- lingkungan yang aman dan ramah anak,
- madrasah dan pesantren yang hidup,
- masjid yang menjadi pusat ilmu,
- organisasi masyarakat yang mendukung kegiatan pendidikan,
- budaya gotong royong membantu sekolah.
Ketika masyarakat peduli, kelas tidak lagi menjadi segi empat sempit. Ia menjelma menjadi ruang luas peradaban.
Guru Adalah Pilar Masa Depan
Negara yang maju adalah negara yang memuliakan guru. Perhatian negara bukan hanya tentang tunjangan, gaji, atau fasilitas—meski itu sangat penting. Lebih dari itu, negara harus memberi;
- kebijakan yang berpihak pada mutu,
- jaminan pengembangan profesional,
- kurikulum yang manusiawi,
- penghargaan terhadap integritas guru,
- perlindungan hukum,
- dan ruang besar bagi guru untuk berkarya.
Pendidikan yang kuat tidak pernah lahir dari negara yang abai. Ia lahir dari negara yang sadar bahwa masa depan bangsa ditentukan oleh guru-gurunya.
Izinkan Kami Mengucapkan Terima Kasih, Guru
Untuk guru-guru yang tak dikenal,
yang namanya tidak tertulis di media,
yang suaranya tidak terdengar oleh pejabat, yang langkahnya hanya disaksikan Allah Swt…
Terima kasih.
- Kaulah penjaga peradaban.
- Kaulah penuntun arah bangsa.
- Kaulah lilin yang rela terbakar agar generasi ini melihat cahaya.
Hari Guru adalah hari kita semua.
Karena di balik setiap orang hebat,
ada seorang guru yang pernah percaya bahwa ia bisa menjadi hebat.
Selamat Hari Guru!
Semoga cahaya tak pernah padam.

0 Komentar