Facebook

Pilihlah Guru, Bukan Sekolah

Pic by: unsplash.com/@wildanhanditama

Di tengah era modern yang serba instan dan komersial, banyak orang tua dan murid lebih sibuk mencari sekolah terbaik berdasarkan peringkat, bangunan mewah, atau biaya mahal. Padahal dalam khazanah keilmuan Islam, yang dijadikan tolok ukur utama dalam menuntut ilmu bukanlah lembaga, melainkan guru.

Para ulama salaf (dulu) tidak pernah menanyakan: “Di mana sekolah terbaik?” Tetapi mereka bertanya: “Siapa guru terbaik yang bisa membimbingku mendekat kepada Allah Swt.?


Ulama Salaf: Mencari Guru yang Tulus dan Bersanad

Imam Syafi’i menempuh perjalanan jauh dari Gaza ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik. Imam Ahmad bin Hanbal mengelilingi kota-kota besar demi mencari satu hadis yang belum ia hafal. Bahkan Imam Bukhari mendatangi lebih dari 1.000 guru dalam proses menyusun kitab Shahih-nya.

Mereka tidak menunggu kampus terbaik datang ke rumah. Mereka mencari guru yang saleh, lurus akidahnya, kuat hafalannya, dan tawaduk sikapnya—karena mereka tahu: “Ilmu adalah agama. Maka perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (HR. Muslim)


Ilmu Bukan Sekadar Informasi, Tapi Warisan Nubuwah

Rasulullah ï·º bersabda:

Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abu Dawud)

Pewarisan ini tidak bisa diserahkan kepada sembarang orang. Ilmu yang diwariskan bukan hanya huruf, tapi nur (cahaya) yang dibawa oleh orang-orang bertaqwa. Maka menuntut ilmu tanpa guru seperti berlayar tanpa nahkoda —bisa sesat arah, bahkan tenggelam dalam kesesatan.


Mengapa Harus Memilih Guru, Bukan Sekadar Sekolah?

1. Sekolah bisa mewah, tapi tidak semua gurunya mendidik hati.

2. Guru yang benar akan membentuk karakter dan adab murid.

3. Ilmu menjadi barakah jika diambil dari orang yang bersih hatinya dan jujur lisannya.

Imam Malik berkata kepada seorang pemuda:

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”

Dan adab terbaik itu ditanamkan langsung melalui kehidupan dan keteladanan guru.


Ciri-Ciri Guru Sejati Menurut Islam

- Lurus akidah, menjauhi pemikiran sesat dan sekularisme.

- Lemah lembut, sabar dalam membimbing.

- Rajin ibadah dan jauh dari cinta dunia.

- Tidak hanya mengajar, tetapi mendidik jiwa.

- Dapat melahirkan murid yang mencintai ilmu dan amal.


Pesan untuk Orang Tua dan Penuntut Ilmu

Daripada mengejar sekolah yang mahal namun gurunya tidak dikenal integritasnya, lebih baik pilih tempat sederhana dengan guru yang saleh, berilmu, dan mencintai muridnya karena Allah. Jangan jadikan ijazah sebagai orientasi, tetapi jadikan perubahan karakter dan peningkatan iman sebagai tujuan utama.


Penutup

Ilmu tanpa guru bagaikan api!

(pen: ilmu yang dipelajari tanpa bimbingan guru bisa membahayakan, menyesatkan, atau disalahpahami—seperti api yang jika tidak dijaga bisa membakar. Guru berperan sebagai pembimbing agar ilmu digunakan dengan benar dan tidak merusak.)

___

Ditulis oleh: Dr. Kurniawan, M.PD, Ketua Yayasan IKROMA

*Tulisan ini merupakan pelengkap jawaban dari pertanyaan audiens dalam acara tabligh akbar Muharram tadi siang (29/06/2025) di Masjid Al Jihad, Curup karena keterbatasan waktu dalam menjawab. Semoga bisa membantu dan memperjelas. 

Posting Komentar

0 Komentar